Perdana Menteri Binali Yildirim, telah menegaskan bahwa Turki menganggap diri berperang dengan negara mana pun yang melindungi ulama Fethullah Gulen.
Turki mengancam akan perangi AS karena mendukung Fethullah Gulen (kanan).
Berdasarkan laporan Agence France-Presse, Gulen adalah seorang ‘pengkhotbah yang tertutup’ dan dia menetap di Pocono Mountains (Poconos), Negara Bagian Pennsylvania, AS. Sekarang Gulen tinggal di Golden Generation Worship and Retreat Center, sebuah kompleks yang cukup luas di Saylorsburg, Poconos.
Gulen, yang selalu kritis terhadap pemerintah Turki yang dinilainya cenderung tangan besi, telah secara tetap dituding sebagai dalang setiap usaha mendirikan “negara tandingan” (parallel state) di Turki. Pernyataan Yildirim dipandang sebagai ancaman terselubung bagi AS agar menyerah Gulen, yang mengasingkan diri ke AS sebelum dijatuhi hukuman karena dituduh mengkhianati Turki.
Jika tidak menyerahkan Gulen, AS diancam bakal menghadapi konsekuensi diplomatik atau bahkan militer, seperti dilaporkan Daily Express. Gulen adalah pendiri gerakan Islam moderat yang melambungkan namanya, memelopori dialog antaragama dan demokrasi multi-partai.
Dahulu Gulen adalah sekutu dekat Erdogan. Namun, keduanya akhirnya berseberangan pandangan dalam beberapa tahun terakhir setelah Erdogan mencurigai gerakan pimpinan Gulen, media, kepolisian, dan kehakiman. Gulen telah mengeluarkan pernyataan bahwa dia tidak terlibat dalam berbagai rencana kudeta atau kegiatan apapun di Turki.
“Saya mengutuk dengan keras upaya kudeta militer di Turki. Pemerintah harus menang dengan melakukan proses pemilihan umum yang bebas dan adil, tanpa paksaan,” kata Gulen.
Menurut Gulen, sebagai seseorang yang telah menderita karena beberapa kudeta militer selama lima dekade terakhir, tuduhan terhadap dirinya itu adalah sebuah hinaan besar.
“Saya tidak pernah merencanakan itu. Saya tegas membantah tuduhan tersebut," kata ulama moderat yang memiliki banyak pengikutinya di Turki. Washington belum berkomentar atas pernyataan keras Turki yang disampaikan oleh PM Yildirim.
(sumber)