Apakah anak Anda sering mengalami batuk, pilek, dan bersin-bersin – terutama pada pagi hari, terpapar udara dingin, debu, asap rokok, dan bau-bauan menyengat? Ataukah anak Anda mengalami gatal-gatal, diare, dan mata atau bibir yang bengkak setelah mengonsumsi makanan tertentu? Jika ya, bisa jadi Si Kecil mengalami alergi.
Gejala alergi umumnya dapat terjadi pada tiga tempat, yaitu kulit, pernapasan, dan pencernaan. Gejala dan penyebabnya pun berbeda-beda.
Pada kulit, gejala alergi dapat berupa bengkak pada mata dan bibir, ruam kemerahan yang gatal (dermatitis atopik), dan biduran. Sementara itu, gejala pada pernapasan adalah batuk, sesak napas, asma, hidung meler, dan bersin-bersin yang disertai dengan mata berair. Selain itu dapat timbul pula gejala pada organ pencernaan, seperti kembung, nyeri perut, muntah, diare, diare berdarah, dan kolik.
Jika Anda curiga Si Kecil mengalami alergi, segeralah berkonsultasi kepada dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
Jika tidak segera ditangani, gejala alergi – terutama alergi berat – akan mengganggu kegiatan belajar, bermain, dan tidur buah hati Anda, yang tentunya dapat menurunkan kualitas hidupnya. Lebih jauh lagi, beberapa penelitian juga telah mengonfirmasi dampak buruk alergi terhadap psikologis anak.
Anda dapat membuat catatan khusus mengenai gejala alergi yang anak Anda alami, kapan dan berapa lama gejala tersebut terjadi, menu makanan Si Kecil setiap hari (beserta jamnya), tempat dan aktivitas yang dilakukan, atau data apa pun yang dapat membantu dokter menegakkan diagnosis dan menentukan pemeriksaan selanjutnya.
Berikut adalah jenis-jenis tes alergi yang dilakukan pada anak, yaitu:
Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test)Sebelum melakukan pemeriksaan ini, anak harus menghentikan konsumsi obat antialergi selama tiga hari sampai satu minggu, tergantung dari jenis obatnya. Pemeriksaan ini boleh dilakukan kepada anak di atas usia empat bulan. Area pemeriksaan adalah pada sisi dalam lengan bawah atau di punggung, di atas kulit yang sehat.
Uji Tempel (Patch Test)
Uji ini biasanya dilakukan untuk mengetahui alergen yang berkontak dengan kulit. Strip atau koyo yang mengandung alergen yang dicurigai ditempelkan ke kulit punggung anak selama 48 jam. Jika terjadi reaksi alergi (kemerahan, bentol-bentol, gatal), maka tes memberi hasil positif.
Uji Ig E RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Ini adalah alternatif pemeriksaan jika uji tusuk kulit tidak memungkinkan untuk dilakukan. Misalnya, jika terdapat kelainan kulit yang luas pada area pemeriksaan uji tusuk kulit atau jika anak tidak dapat lepas dari obat antialergi karena keparahan penyakitnya. Selain memiliki korelasi yang baik dengan uji tusuk kulit, pemeriksaan ini juga memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sebanding dengan uji tersebut.
Uji Eliminasi dan Provokasi
Ini adalah pemeriksaan baku emas untuk mengonfirmasi alergi. Jika anak dicurigai menderita alergi tertentu yang diketahui dari riwayat alergi dan hasil uji tusuk kulit dan Ig E yang positif, maka anak harus dihindarkan dari alergen tersebut selama dua hingga empat minggu. Setelah gejala alergi menghilang selama masa eliminasi tersebut, maka dilakukan uji provokasi dengan membiarkan anak terpapar alergen yang dicurigai tersebut.
( sumber )