Masa depan seseorang tak pernah bisa diduga. Meski kita sudah berusaha maksimal, masalah hasil bukan urusan kita. Nasib tragis dialami seorang pemain timnas sepakbola U19, Fachri Firmansya. Mantan pemain timnas usia 19 ini pada masa jayanya sangat populer di media. Namun kariernya terpaksa berhenti saat laki-laki alumnus SMK Negeri 7 Surabaya ini mengalami cedera di kaki.
Fachri pernah masuk 30 pemain yang berkesempatan tampil di hadapan pelatih Indra Sjafri sebagai program penjaringan Timnas U-19 jelang Piala AFF. Karier sepak bolanya meningkat. Ia lalu bergabung di klub Sriwijaya FC u21.
Peristiwa nahas itu terjadi saat Fachri mengikuti turnamen Cotif, Valencia, tahun 2014 silam bersama timnas U21. Karena cederanya cukup parah, ia harus melakukan operasi. Namun karena tak kunjung sembuh, Fachri pun dilepas SFC. Fachri meneruskan sendiri terapi dan pengobatannya dengan biaya sendiri, tanpa ada bantuan dana dari timnas maupun PSSI.
Malang tak dapat ditolak, Fachri lahir bukan dari keluarga berada. Kabarnya, ayahnya berprofesi sebagai tukang racik jamu di dekat tempat tinggalnya di Simo Pomahan Surabaya. Dan ibunya adalah seorang buruh tukang jahit sandal. Fachri pun tak bisa melanjutkan pengobatan cederanya secara maksimal.
Hanya karena dana, mimpi anak bangsa terkubur selamanya. Seorang teman Fachri yang bernama Rangki Effan baru-baru ini mengunggah sebuah posting-an di Facebook. Dalam statusnya yang cukup panjang, ia menceritakan sahabatnya yang malang itu. Menurut Rangki Effan, sahabatnya itu kini berkarier menjadi security atau satuan pengaman (satpam) di sebuah perusahaan di Surabaya.
Status di Facebook ini memperoleh sambutan yang simpatik. Sampai Minggu, 12 Juni 2016, status itu telah dibagikan sebanyak 466 kali.
(sumber)