Perayaan menyambut musim semi menjadi hal meriah di banyak bagian dunia, termasuk di Tiongkok. Dikutip dari Shanghaiist.com pada Sabtu (12/3/2016), warga di kabupaten Anyang, Provinsi Henan, pun berkumpul pada Kamis 10 Maret lalu untuk merayakan acara tahunan Festival Longtaitou. Saat itu, sekitar 2.000 warga desa berkumpul bersama dan beramai-ramai menyantap hidangan bakmi yang dimasak dalam panci raksasa di Kuil Bailong.
Festival pertanian tradisional Tiongkok dirayakan setiap tahun pada hari 2 bulan ke 2 menurut kalender Tiongkok, dan menjadi tanda dimulainya musim semi dan musim bertani. Warga yang menghadiri acara percaya bahwa perayaan ini membantu terhindar dari petaka dan mencegah penyakit selama setahun mendatang. Selain menyantap bakmi, warga di seantero negeri juga menyantap kue bulan, menyalakan lentera naga, berdoa untuk nasib baik, dan memangkas rambut anak-anaknya.
Festival Musim Semi ini merupakan yang paling penting bagi warga Tiongkok. Saat festival, anggota keluarga berkumpul seperti perayaan Natal di Barat. Kerabat yang tinggal di tempat jauh biasanya mudik sehingga transportasi menjadi sangat sibuk, bahkan hingga 2 minggu sebelum acara itu. Berbeda dari festival pertanian, laman china.org.cn menyebutkan bahwa festival ini jatuh pada hari ke 1 bulan ke 1 dalam kalender Tiongkok dan kerap jatuh sebulan lebih lambat daripada kalender Gregorian.
Festival Musim Semi dimulai pada masa Wangsa Shang (1600 hingga 1100 SM) ketika warga membawa sesembahan kepada para dewa maupun arwah leluhur. Banyak kebiasaan dalam Festival Musim Semi yang berlanjut hingga sekarang. Pada hari ke 8 bulan ke 12 menurut kalender bulan, keluarga-keluarga memasak bubur laba yang terbuat dari beras ketan, bunga teratai, kacang, longan, gingko, dan sejumlah bahan lain. Pada hari ke 23 bulan ke 12, tibalah Malam Penantian. Saat itu, warga mempersembahkan korban kepada Dewa Dapur. Tapi, saat ini para keluarga memasak hidangan lezat untuk dinikmati sendiri.
( sumber )