Seorang bocah laki-laki meretas 12 situs web di dunia, termasuk situs polisi. Peretasan dilakukan saat dia belum berumur 16 tahun seperti sekarang. Anak asal Plympton, dekat Plymouth, Devon, Inggris, itu pun mengirim berita bohong tentang adanya serangan bom (bomb hoax) ke maskapai penerbangan lewat Twitter.
Remaja itu, yang tidak disebut namanya karena alasan hukum, melakukan peretasan, termasuk situs milik polisi di wilayahnya dan Sea World ketika dia berusia 14 dan 15 tahun. Bocah tersebut menyerang situs milik pemerintah, polisi, dan situs lainnya di Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika Utara dari laptop kecil di tempat tidur rumahnya di Plympton.
Devon dan Cornwall Polisi terkena dampak selama 44 menit akibat serangan Penolakan Layanan secara Terdistribusi atau Distributed Denial of Service (DDoS). Perbuatan anak itu juga menyebabkan Sea World mengalami kerugian sebesar hampir 600.000 dollar AS atau setara Rp 7,8 miliar, seperti dilaporkan Daily Express, Rabu (20/7/2016).
Anak tersebut dikenai tiga pelanggaran sesuai Bab 3 UU Penyalahgunaan Komputer, berkaitan dengan serangan DDoS, dan dihukum dua tuduhan berdasarkan Pasal 51 UU Tindak Pidana. Itu juga terkait bomb boax yang dikirimnya melalui Twitter ke American Airlines, Gedung Putih, dan Delta Air Lines pada 13 Februari 2015.
Hakim Distrik Diane Baker mengatakan kepada anak itu, yang duduk di samping ibunya di Pengadilan Pemuda Plymouth, bahwa ia telah berpikir untuk memvonisnya penjara 12 bulan dan pembinaan.
Namun, Baker mengatakan, jika anak itu dihukum, hal itu akan "menghancurkan" hidupnya. Menurut Baker, hal yang paling tepat untuk anak itu adalah dimasukkan ke tempat rehabilitasi remaja selama dua tahun dengan 120 jam pembinaan dan kursus.
Baker pun memerintahkan ibu anak itu untuk membayar denda 620 poundsterling atau sekitar Rp 10,7 juta.
"Kamu telah menyusahkan orangtuamu selama jangka waktu tersebut," kata hakim Baker kepada remaja itu, sambil menambahkan bahwa laptonya takkan dihancurkan.
"Saya harus mengatakan, sangat tidak sehat bagi seorang remaja seusiamu menghabiskan banyak waktu hanya di komputer," kata Baker lagi.
"Saya tidak berpikir ada sesuatu yang bisa ibumu lakukan dalam keadaan seperti ini karena dia sama sekali tidak ada keterlibatannya," kata hakim.
(sumber)