>> Informasi lengkap plus minus Mobil transmisi matik dan manual

Masyarakat yang berniat membeli mobil bukan hanya sekedar mempertimbangkan model, desain, performa mesin dan harga yang sesuai saja, tetapi juga terkait sistem transmisi. Secara umum, setidaknya ada dua pilihan yang ditawarkan, manual atau otomatis (matik).

Biasanya pilihan sistem transmisi disesuaikan dengan kebutuhan atau selera si konsumen. Namun, bagi yang bingung mana yang harus dipilih, buku Kupas Tuntas Dasar-dasar Power Train karya Buntarto, coba menyajikan beberapa gambaran kelebihan dan kekurangan dua sistem transmisi tersebut.


Mobil Bertransmisi Otomatis
Kelebihan

  • Praktis dikendarai, lebih mudah, lebih nyaman dan diklaim tidak mudah lelah.
  • Dapat diandalkan untuk jalanan macet seperti kota Jakarta.
  • Harga jual rata-rata lebih baik.


Kekurangan

  • Lebih sering mengganti oli transmisi.
  • Akselerasi sedikit kurang dibanding manual, apalagi untuk jalan tanjakan.
  • Tidak memiliki engine brake, sehingga harus berhati-hati menggunakan rem saat melalui trek turun yang panjang. Ini bisa berujung pada hilangnya daya cengekram rem, karena terlalu sering digunakan.
  • Harga mobil cenderung lebih mahal.


Mobil Bertransmisi Manual
Kelebihan

  • Memiliki akselerasi yang lebih baik.
  • Cara berkendara bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan pengemudi.
  • Biaya perawatan dan perbaikan lebih sedikit dibanding mobil matik.


Kekurangan

  • Dibanding matik, mengendarai mobil manual lebih sulit, dan butuh waktu lebih lama untuk menguasainya. Ini lantaran pengemudi harus mahir dalam mengontrol seimbang pedal gas, rem, koling dan transmisi.
  • Lebih cepat lelah mengemudikan mobil bertransmisi ini.
  • Kurang nyaman (karena kurang praktis seperti matik), kecuali memang untuk orang-orang yang menginginkan sensasi entakan mobil.


“Meskipun mobil matik relatif lebih banyak kekurangan, tetapi karena faktor kemudahan mengemudi, kenyamanan, dan kepraktisannya, membuat mobil dengan transmisi matik akan cenderung lebih disukai,” ujar Buntarto di dalam bukunya.
(sumber)