>> Anak muda di Jepang anggap beli mobil adalah sesuatu yang sia-sia

Jepang adalah salah satu sentra industri kendaraan bermotor di dunia. Di negara Matahari Terbit itu, pabrikan otomotif yang kini menguasai dunia memulai semuanya. Bahkan, pabrikan otomotif terbesar dunia, Toyota, berasal dari sana.  Tapi industri otomotif Jepang adalah anomali. Sementara produknya begitu laris di luar negeri, di dalam negerinya sendiri penjualannya justru tak menggembirakan. Pun dengan beragam pameran otomotif yang sepi dari pengunjung, terutama anak-anak muda. Mereka, sebagaimana kita lihat di film-film, lebih suka jalan kaki.

Fenomena ini dikenal dengan `kuruma banare`. Laman Japantimes pada 2008 lalu menulis, kuruma banare secara sederhana dapat diartikan sebagai `demotorisasi`. Pemikiran ini menganggap mobil atau kendaraan bermotor bukanlah simbol status. Sebaliknya, mereka anggap membeli mobil adalah sesuatu yang sia-sia.

Laman Green Car Congress juga pernah menulis fenomena yang telah terindikasi sejak medio 1990an ini. Menurut mereka, fenomena ini membuat Jepang menjadi negara maju pertama dimana warga yang punya mobil justru menyusut.  Contoh generasi kuruma banare adalah pemuda bernama Makino. Dia, dan teman sebayanya, menganggap mobil hanyalah alat, tak beda dibanding alat-alat lain. Menurutnya, mobil bukanlah refleksi dari identitas, selera, atau pendapatan, sebagaimana diyakini pemuda di negara lain, termasuk Indonesia.

Lantas, apa alasan munculnya fenomena ini? Januari lalu, laman Straitstimes melansir laporan survei dari asuransi mobil Sony Sompo. Kesimpulannya, generasi kuruma banare tak melihat adanya alasan untuk membeli mobil pribadi, di tengah angkutan umum yang semakin baik, terutama di pusat kota seperti Tokyo.  Ada pula yang berpendapat bahwa mereka tidak membeli mobil karena tak ingin merusak lingkungan. Kesadaran yang memang masih jarang ditemui.

Meski demikian, bukan berarti tak ada usaha dari pabrikan otomotif untuk mengubah keadaan ini. Tapi nampaknya, usaha mereka belum membuahkan hasil. Apalagi, saat ini regulasi dari pemerintah semakin menyulitkan kepemilikan mobil baru, terutama soal pajak kendaraan yang semakin tinggi.
(sumber )